Selasa, 21 April 2015

Untuk Mama

oleh Misda Muriana pada 13 Juli 2010 jam 17:50


Hati, diri dan perasaan ini....
Memang tak setegar dan sehebat batu karang
Ketika hempasan ombak dan masalah menerjang diriku

Namun...
Di saat semua itu datang secara tiba-tiba dan cepat
Engkau selalu siap dan ada di sampingku
Walau hanya sekedar mendoakanku

Doamu...
Yang tak pernah aku tahu
Kapan engkau beritahukan pada Sang KhaliQ

Doamu...
Yang sangat menggetarkan Sang KhaliQ
Sehingga semuanya tercapai

Tapi Ternyata..
Aku malah tak pernah bersyukur akan semua itu

Tapi malah...
Engkau menyeimbangkan semua yang tak seimbang
Engkau memperbaiki semua hal yang buruk
Engkau selalu menyempurnakan segala sesuatu yang tak sempurna
Dan aku tak pernah menyadari semua itu

Tapi....
Engkau tetap tersenyum dan mendukung
Walau kadang kau tak suka akan pilihanku
Dan...
Akhirnya yang terucap hanya Doa-doa kecil yang menjadi sangat besar hasilnya bagiku

Mama..... Maafkan Aku...!!!
Mama..... Ampuni Aku...!!!
Atas setiap kesalahanku

Doaku....
Akupun ingin membalas budi setiap kebaikanmu
meskipun tak sesempurna yang engkau berikan padaku
Meskipun tidak sebanding apa yang telah engkau perbuat padaku

Air Mata ini tulus mengalir untukmu
Air Mata bahagia...
Walaupun tak sebanding akan pengorbananmu

Selamat Ulang Tahun
Mamaku Tercinta...
Semoga selalu menjadi mama yang baik
Menjadi kebanggaan bagi anak-anakmu
Menjadi penerang keluarga
Menjadi panutan bagi kami semua

Selalu sehat Wal'afiat
Semoga panjang Umur
Memiliki anak-anak yang menghormati serta menghargai
Setiap keringat yang kau korbankan untuk kami

Teruntuk juga untuk mama di Seluruh Dunia
Salam untuk kalian semua

I LUV U MOM




· · Bagikan · Hapus


    • Melly Azzahra Ibrahim Nice note misda..^^
      13 Juli 2010 jam 17:54 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana hehe... makacih mba ^^
      13 Juli 2010 jam 17:54 ·

    • Misda Muriana ‎@ mba kartika : thx 4 thumbz nya y, Hehe...
      13 Juli 2010 jam 17:59 ·

    • Getrida Darmalusinta mskh Misda.. gk jd marah d ma ank ku (hbs numpahin susu sgelas!)..hehe..:P
      13 Juli 2010 jam 18:05 ·

    • Misda Muriana huwahaaaa..... iya sama2 bunda,, hmmm.... mending susu'y kasih ke aku, hehe.... oya, mkch jg jempolnya, salam u/ si adek :)
      13 Juli 2010 jam 18:07 ·

    • Misda Muriana ‎:: Ukh Dewi - Syukron toex jempol'y :-D
      13 Juli 2010 jam 18:29 melalui Facebook Seluler ·

    • Lyna Iswahyuni Nenkna Peganglah teguh ap y misda ucpkan u ma" jglah brkta 'AH' kpd ortu..sll patuhilah ma", bunda b'hrap diluar sna remaja" lain bsa mmpunyai akhlak y baik n secerdas misda, smg oia baarakallaahu laka u ma" misda ya..salam dr bunda
      13 Juli 2010 jam 18:29 melalui Facebook Seluler ·

    • Ridha Tri Mito Fany ‎:)
      13 Juli 2010 jam 18:36 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana
      ‎:: Bunda lina san - Subhanallah, mksh bund, dc di ingetin, *astaghfirullah* tnyta aq bru sadar klo kta2 'AH' to prnh d ucapkn :(

      sbenar'y aq g sebaik & secerdas yg bunda bilang, hy sja aq b'usaha u/ mjd yg tbaik,
      *amin* mudhn para Remaja bis...a mhormati ortu mrk,

      Akan aq sampaikn pd Mama drumah, Salam kembali bwt bunda dan mksh byk :)

      :: Bunda Ridha - ;)))
      Lihat Selengkapnya

      13 Juli 2010 jam 19:05 melalui Facebook Seluler ·

    • Thiena Hafiz Syukron bue dah tag ana,
      ana sukaaaaaa...... bget dah. . .

      13 Juli 2010 jam 22:00 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana ‎:: Mak cik Thiena - iya, Alhamdulillah, jd ikutn sneng nc da yg suka, Hehe . . .^^
      13 Juli 2010 jam 22:06 melalui Facebook Seluler ·

    • Afifah Fitiya Putri Afifah fitiya putri menyukai ini.
      ,,syukr0n bue,dah m0 di tag,,

      13 Juli 2010 jam 22:20 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana ‎:: Mak cik Afifah - Alhmdulillah, iya sama2, syukron jg tuk jempol'y y,
      Hehe . . .^^

      13 Juli 2010 jam 22:33 melalui Facebook Seluler ·

    • Jinan Nakiyah Al-Khawarizmi
      seorg ibu akn mnjd sgt rapuh ketika melihat ank'y b'sedih

      namun beliau akn b'ubah mnjd srigala [srigala apa singa nih??hhe] jk ank'y d sakiti..

      Jinan Nakiyah Khairunnisa sangat menyukai note ini,Bue...
      ...syukron udh d tag..
      oia,met milad tuk Mama'y Bue,smoga d beri umr panjang agr kelak bs menggndong cucu2'y..amin..
      hhe...piss!!
      Lihat Selengkapnya

      13 Juli 2010 jam 22:48 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana
      ‎:: Jinannnnn . . . :p

      *smbl geleng2 kpla*

      tp . . . syukron y Neng toex Doa & jempol'y,
      ...Amin . . .
      *smga demikian jg Doa'y u/mu . . .^^
      Lihat Selengkapnya

      13 Juli 2010 jam 22:57 melalui Facebook Seluler ·

    • Jinan Nakiyah Al-Khawarizmi Amin Ya Rabb..

      knp geleng2?ada yg salah y?@,@

      14 Juli 2010 jam 0:29 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana waowww . . . >.<

      g da yg salah,, hy sja koment Neng byk sekali, xixixix . . .^^

      14 Juli 2010 jam 3:22 melalui Facebook Seluler ·

    • Rina Hasmie Weeh acil..syokrn katsir dh ngingatn ane..
      14 Juli 2010 jam 5:49 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana Huwahahaha . . . Tnyta... ad cicil Oyen, waiyyakum Cil,
      wkwkwk . . .

      14 Juli 2010 jam 7:50 melalui Facebook Seluler ·

    • Meirna K Wardhani So Sweet.
      14 Juli 2010 jam 15:12 ·

    • Misda Muriana ‎:: Bunda Meirna - mkch y jempol'y,
      So cute en so Cool, xixixix . . .^^

      14 Juli 2010 jam 15:22 melalui Facebook Seluler ·

    • Jinan Nakiyah Al-Khawarizmi udh d hps tuh komen'y..hhe..
      15 Juli 2010 jam 6:09 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana ‎^^* Sipppp . . . syukron y Neng ^_*
      15 Juli 2010 jam 7:11 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana Bu Tyas - Syukron thumbz'y^^ btw dc nympe Solo y :-D
      15 Juli 2010 jam 9:18 melalui Facebook Seluler ·

    • Tyas Kusuma Dewi Alhamdulillah udh,td pg jam 4..:)
      15 Juli 2010 jam 9:23 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana Alhamdulillah, met istirahat az y bu, slmz hangat bwt si dede ^*^
      15 Juli 2010 jam 9:38 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana ‎:: Nisha - Syukron 4 thumbz^^
      15 Juli 2010 jam 18:08 melalui Facebook Seluler ·

    • Tyas Kusuma Dewi Makasih,Tante..Salamny dah Ummi smpein..^^
      15 Juli 2010 jam 18:16 melalui Facebook Seluler ·

    • Misda Muriana Hehehe . . .
      iya Ummi sama2 :-D

      15 Juli 2010 jam 18:25 melalui Facebook Seluler ·


  • Tekan Shift+Enter untuk memulai baris baru.

Senin, 20 April 2015

Kumpulan Puisi ^^




Kenangan itu…
 Mungkinkah, akan tetap bertahan?
Mungkinkah, akan terjamin?
Namun, selama otak ini masih berfungsi
Selama dalam kepala ini penuh dengan memori tentangmu
Selama hati ini masih merasakan adanya dirimu
Dan selama jantung ini selalu berdetak karenamu
Ketika aku menyebut namamu atau
Di saat aku mendengar lagumu
Dan ketika aku mendengar suaramu saat bernyanyi
Semua itu akan tetap sama
Seperti pertama kali aku mengenalmu
Seperti pertama kali aku mendengar suaramu
Semuanya tidak akan pernah berubah

Tapi…
Jika saja waktu yang berputar ini
Tiba-tiba tanpa sengaja, membuat aku melupakanmu
Membuat pikiranku, bukan lagi tentangmu
Membuat hatiku berubah terhadapmu
Maka…
Maukahkah kau tetap berada di sisiku
Berusaha dengan sekuat tenagamu, untuk mempertahankanku?
Membuat kembali lagi kenangan baru…
Bersamaku dan hanya tentangku

Kalaupun, seandainya saja…
Takdir itu, bukan untukku ataupun bukan untukmu
Bisakah kau menungguku nanti
Di taman surga-Nya…
Menjadi bidadari surga untukmu dan hanya untukmu
Wahai kekasihku…

Desember, 06 , 2013
Banjarbaru

Senin, 13 April 2015

Secret Admirer By: theAPR1L


SECRET ADMIRER



Gusti Erlangga Pratama

Ikhsan

A. Arif [Ginday]

Bayu Indra Aditya [Bayu]

A.S. Abdhani [Dhani]

________________________________________________________
SECRET ADMIRER
(Sebuah Ikatan Sejarah yang Tertunda Tentang Dua Anak Manusia)
Mall terbesar yang terletak di kawasan pusat kota Banjarmasin telah tumpah ruah di datangi pengunjung saat hari libur dan hari bahagia buat pasangan sejoli yang sedang dilanda asmara sehingga antrian tiket untuk nonton di bioskop pun sudah mulai ramai sejak mall tersebut di buka.
            “Sayanggg… kita nonton film romantis aja yaaa?” rengek seorang perempuan kepada pacarnya.
           “Film action keren juga lho yank, kamu pasti suka!” jawab seorang pemuda dengan perawakan tinggi sambil memegang mesra tangan si perempuan.
            “Gak mauuu… Ayang cuma mau nonton film itu?” rayu si perempuan itu kembali sambil menunjuk poster besar yang pemeran utamanya saling berpelukan.
            “Baiklah sayang, apa sih yang enggak buat kamu!” kata si pemuda tersebut yang di hiasi dengan senyuman mencurigakan.
            Gedung bioskop tersebut letaknya di lantai 4 sedangkan di lantai 3 dan 2 juga sangat ramai. Ternyata benar kata pepatah, bahwa tempat yang kurang baik adalah pasar atau supermarket besar seperti Mall karena di sana terdapat transaksi jual beli yang kadang penuh dengan tipu daya serta pasangan muda mudi yang belum terjamin ke halalan hubungan mereka, sebab mereka beranggapan di jaman sekarang tidak gaul kalau belum pernah pacaran, tidak gaul kalau belum nyoba ngedrugs atau melakukan hubungan seks di luar nikah. Na’udzubillah min dzalik, sedangkan tempat yang paling baik serta mulia adalah Mesjid.

***************
              Dua pasang mata menyaksikan kemeriahan Mall tersebut. Mereka sedang berdiri sambil melihat pengunjung yang berada di lantai dua. Sebenarnya ini bukan pertama kali mereka pergi ke Mall, tapi memang aktivitas mereka sangat jarang nongkrong di Mall karena setiap liburan mereka hanya menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga atau sekedar kuliner dibeberapa warung makan yang tersebar di kota  Banjarmasin.
            “Sya, kamu ngeborong ya? banyak sekali novel yang mau di beli? jangan terlalu bernafsu lho! nanti kalo kehabisan uang minta nambahin lagi?” celoteh perempuan bernama Ika sambil megang novel Best Seller yang cukup tebal.
              Nasya tersenyum sambil memasukkan kembali sebuah buku yang juga tidak kalah tebal ke dalam tas yang sudah disediakan. Saat itu Nasya menggunakan kerudung biru langit bermotif bunga di ujung kerudungnya sehingga terlihat anggun dan cantik.
       “Eh, sadar sobat! Ingat, buku kayak gini mahal lho? udah diperiksa belum tuh dompet!” Ika mengingatkan sambil membenarkan kerudungnya yang miring.
            Untuk kesekian kalinya, Nasya pun hanya bisa tersenyum melihat tingkah sahabat terdekatnya yang sudah Ia kenal sejak masa SMA.
       “Tenanglah, wahai sahabatku yang baik hati tidak sombong dan suka menabung. Siapa bilang buku-buku disini semurah pisang goreng favorit kamu? Alhamdulillah, aku ada rezeki berlebih. Tidak apa jugakan sekali-kali ngeborong? Lagipula, kita tidak sering mampir ke sini dan aku sudah hampir setahun tidak pernah lagi beli novel!” ucap Nasya lembut.
            “Setahun? biasa aja tuh!” Ika menjawab santai.
        “Ya iyalah…biasa nurut kamu, secara kamu tu bisanya pinjam novelku mulu!” sindir Nasya sambil memilih buku.
            “Yeee… siapa suruh hobby ngoleksi novel!” bela Ika.
       “Biarin…! cuekaebetasayonaraampunDJ!” jawab Nasya spontan sambil berjalan menyusuri novel-novel terbaru.
            Hampir satu jam lebih mereka berdua menyusuri toko buku tersebut yang berada di lantai 3 dan tiga novel pun sudah Nasya pegang untuk membayar ke kasir yang sekarang harus antri. Nasya memang sudah lama berniat untuk membeli beberapa novel favoritnya dengan hasil tabungannya selama bekerja sebagai penulis lepas di koran kampusnya. Sebenarnya lebih dari tiga novel yang ingin Nasya beli, tapi karena pertimbangan harga Nasya pun cukup berpikir keras membaca beberapa resensi cerita novel-novel tersebut yang bertuliskan dibelakang buku serta beberapa kali pula Ia minta pendapat pada Ika sahabatnya.
            Keluar dari toko buku. Kedua sahabat itupun langsung berpikir tentang makanan, sekali-kali mereka nongkrong di Mall yang bertaraf elit. Walaupun rasanya juga tidak kalah lezat dibandingkan dengan warung-warung yang ada di pinggiran jalan, hanya saja tempatnya yang terkesan mewah. Mereka pun berjalan menuju Café yang letaknya berseberangan dengan toko buku tersebut. Namun, tanpa sengaja Nasya melihat keramaian yang ada di lantai dua. Di sana terlihat panggung besar yang dilengkapi beberapa alat musik. Dalam hati, Nasya bicara mungkin ada acara Festival Musik artis-artis ibu kota atau… ada acara lomba Band Indie.
            “Band Indie?” Nasya mengucapkan pelan sambil melihat ke lantai dua.
            “Kenapa Sya? Ada seseorang yang kamu kenal?” tebak Ika sambil ikutan melihat ke bawah.
            “Owh… tidak ada apa-apa!” hindar Nasya sambil berjalan kembali.
            “Masa sih itu acara Band Indie? apa mungkin hari ini ‘Ia’ ikutan manggung juga? Agghhh… mungkin saja bukan acara itu? siapa tahu ada acara Dangdutan? Tapi… kenapa tiba-tiba perasaanku jadi tidak menentu?”
            Dalam hati, Nasya sedang berdiskusi hebat tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Siapa tahu pendapatnya salah atau bisa jadi pendapatnya benar tentang ‘Seseorang’ tapi untuk saat ini Nasya hanya bisa berpikir cepat, sebab perutnya sudah keroncongan sedari tadi.
            Dua minuman dingin dan nasi ayam lada hitam sudah tersaji nikmat dihadapan mereka berdua yang siap untuk disantap. Sambil berbincang tentang hal-hal di kampus tanpa mereka sadari, alunan musik di lantai dua sudah terdengar merdu dan meriah. Di bagian syair lagu tersebut tanpa sengaja Nasya terkejut mendengarnya :
Maka kau yakinlah… Tunjuk aku…
Sebagai Bintangmu… Penerang jalan gelapmu…
                                          ‘Kan ku jadikan dirimu… Seindah Bidadari…                                         
Sebagai Bintangmu… Penerang jalan gelapmu…
‘Kan ku jadikan dirimu… Sesempurna Bidadari…
(The April – Tunjuk Aku)

            Nasya pun langsung berdiri pergi keluar dan melihat ke lantai bawah untuk memastikan apa benar orang itu yang menyanyikan lagu tadi. Rasa penasaran Nasya telah mengejutkan Ika yang sedang minum dan tanpa sengaja pun orang-orang di sekitar mereka menyaksikan tingkah aneh kedua sahabat itu.
            “Ternyata benar! Itu dia!” ucap Nasya dalam hati.
            “Sya, kamu kenapa sih?” panggil Ika menyusul Nasya yang sedang melamun sambil melihat ke lantai bawah. “Malu tahu di lihat orang-orang, mereka kira kita kabur karena tidak mampu bayar!” sahut Ika kembali dengan wajah cemberut.
            “Hadhuh… maaf Sobat! Yuk, ke dalam lagi kita bayar makanannya!” ajak Nasya sambil merangkul Ika.
            Alunan syair lagu tadi sudah selesai dan sekarang berganti dengan perbincangan dua MC yang membawakan acara tersebut. Nasya tahu mereka adalah Ady dan Vina, salah satu Announcer di Station Radio Banjarmasin. Entah kenapa perasaan Nasya sangat senang karena bisa melihat lelaki itu bernyanyi, meskipun tidak secara dekat. Dan itu adalah salah satu jawaban, bahwa selama ini Tuhan telah mendengar do’anya. Masih tersisa rasa bahagia itu di hati Nasya, namun Ia selalu beristighfar untuk menstabilkan perasaannya yang tidak normal. Nasya tahu perasaan ini salah, makanya dia tidak mau berharap banyak.
            Di sekitar panggung semakin ramai dengan pengunjung bahkan dipadati para penonton. Hari itu ada acara amal bersama Band-band Indie Banjarmasin. Dua sahabat itu pun juga tidak mau ketinggalan untuk ikutan acara amal tersebut dan sekarang mereka sudah duduk di salah satu tempat pelayanan untuk para penyumbang sukarela. Tanpa pikir panjang mereka pun langsung membuka dompet dan menyerahkan dua lembaran uang berwarna biru yang telah berpindah tangan. Saat itu yang mereka rasakan hanyalah bahagia sebab bisa saling berbagi, sebuah hal yang sangat jarang mereka lakukan.
            Di karenakan banyaknya penonton. Nasya berjalan berbalik arah menuju tangga lantai dasar, ternyata hal tersebut tidak disadari oleh Ika yang berjalan mendekati arah panggung karena penasaran siapa yang nyanyi selanjutnya. Nasya berpikir bahwa Ika ada dibelakangnya. Saat Ika mulai mendekati arah panggung Ia pun memanggil Nasya dan menoleh kebelakang, ternyata Nasya tidak ada. Jantung Ika tiba-tiba berdetak kencang, sekarang Ia tersesat di tengah orang banyak dan memanggil-manggil nama Nasya.
            “Nasyaaaaaaaaaa…!!!”
           Nasya pun terkejut dan menoleh kebelakang ternyata Ika tidak ada. Nasya juga ikutan gelisah seperti orang tua yang kehilangan anaknya karena Ia tahu kalau Ika trauma di kerumunan orang banyak disebabkan masa lalunya yang pernah dirampok paksa dengan senjata tajam hingga membuatnya pingsan. Nasya berlari di sekitar pengunjung dan berusaha mencari Ika.
            “Ikaaaaaaaaaaaa…!!!” Nasya berteriak ke arah panggung tanpa Ia pedulikan orang-orang yang memandang aneh terhadapnya.
            “Nasyaaaaaa…!” suara Ika pun ikut menyahut di dalam kerumunan dan berhasil keluar kemudian berlari menuju Nasya.
            Tapi, tiba-tiba...
            Brukkkkk !!!
            Tanpa sengaja Ika menabrak seseorang yang membawa botol minuman sehingga terjatuh dan membasahi baju orang itu, karena kelelahan Ika pun juga ikut terjatuh.
            “Eh, mba! punya mata ga sih? kalo jalan liat-liat donk!” ucap orang itu kesal sambil membersihkan bajunya.
            “Ma.. ma.. af mas, sa… sa… ya ti… ti… dak sengaja!”ucap Ika tergagap.
            Nasya menyaksikan kejadian itu langsung berlari menghampiri Ika yang tengah terduduk di lantai.
            “Ika, kamu tidak apa-apa?” Nasya membantu Ika untuk berdiri.
            “Makasih Sya, aku gapapa kok!”
          “Eh, mba! bilangin ya ama teman loe ini kalo jalan hati-hati, gunakan tu mata jangan sampe oleng!” kata lelaki itu kembali pada Nasya.
            Sungguh, saat itupun hati Nasya langsung panas mendengar perlakuan orang itu kepada sahabatnya.
            “Eh, mas!” tanpa sengaja Nasya mendorong lelaki itu. “Kalo punya mulut tu di jaga. Apa anda tidak pernah sopan sama perempuan? Teman sayakan sudah minta maaf, jangan tambah sewot gitu dong!”
            “Apa loe bilang…!” lelaki itu marah sambil mengangkat tangan kanannya tapi Ia urungkan karena banyak orang.
            “Kenapa berhenti? Anda mau menampar saya! Benar-benar tidak menghargai perempuan!” ucap Nasya dengan sigap sambil merangkul Ika.
            “Teman loe ini harus tanggung jawab karena bentar lagi gue mo manggung sedangkan baju gue basah kayak gini?” lelaki itu kesal sambil memperlihatkan bajunya yang basah.
            “Owh… cuma basah, sebentar saja juga kering. Apa perlu kami ganti?” saran Nasya santai.
            “Arya!!!” panggil temannya. “Buruan, bentar lagi kita tampil!”
          Panggilan itu akhirnya menyelesaikan perdebatan mereka. Nasya tidak takut dengan lelaki tadi karena dia tahu batasannya hanya untuk membela sahabatnya. Nasya hanya tidak tega melihat sahabatnya dimarahi seorang laki-laki yang sok hebat dan sok ganteng seperti tadi. Kedua sahabat itupun, turun ke lantai dasar keluar dari Mall yang menyisakan beberapa kenangan di hati Nasya. Tanpa sengaja kepergian mereka di iringi sebuah syair lagu yang sangat akrab di telinga Nasya.
Berikanlah Pakaian Kerinduan yang Terindah…
Oleh helai-helai dari Pelangi…
Perlihatkanlah Rahasia Engkau yang Menakjubkan itu…
Semua Maha Karya dari Surgawi…
(The April, Maha Karya Surgawi)

***************
            Dua sahabat itu sekarang berada di warung favorit mereka sejak SMA dan mereka pun sudah sangat akrab dengan si pemilik warung yang terkenal masakannya sangat enak.
            “Gimana keadaan kamu sobat? apa ada yang sakit? biar aku antar ke puskes ya?” tanya Nasya gelisah.
            “Gak perlu sobat. Alhamdulillah, sekarang sudah agak mendingan!” Ika mencoba menenangkan sahabatnya itu.
            “Lho, nak Ika kenapa tho? kok wajahnya kusut gitu, terus kerudungnya kenapa kotor?” tanya bu Halimah si pemilik warung terkejut.
            Perihal yang mereka alami di Mall tadipun diceritakan kembali, secara spontan Ibu Halimah pun ikut kesal terhadap laki-laki itu karena mendengar orang yang Ia sayangi di bentak padahal mereka tidak saling kenal. Bagi bu Halimah, Nasya dan Ika sudah seperti anak sendiri sebab mereka tidak pernah lupa selalu mampir ke warung bahkan terkadang setiap minggu kalau tidak ada kesibukan kedua sahabat itu selalu membantu bu Halimah, meskipun hanya sekedar nyuci piring atau menyiapkan minuman. Mereka menyatu seperti keluarga saling mengingatkan dan saling membantu. 
***************
            Mata kuliah pertama sudah selesai, sambil menunggu kuliah selanjutnya dua orang sahabat itu sedang duduk santai di taman dekat kampus sambil menikmati es dawet. Tempat itu seperti jantungnya kampus karena hampir setiap hari mahasiswa-mahasiswi sering nongkrong bareng ngebahas tentang kuliah atau hal apapun yang menarik dan meja-meja untuk hot spotpun selalu penuh bagi orang-orang yang hobby berselancar di dunia maya, seperti yang dilakukan Nasya sekarang sedang connect ke sebuah situs tentang dunia kepenulisan sebab Nasya masih bingung tema apa yang akan Ia buat untuk tulisannya minggu depan yang akan terbit di koran kampus.
            “Sya, Hhmmm… kalo ga salah. Sebelumnya aku pernah liat deh laki-laki di Mall kemarin! Tapi, dimana yaaa?” tanya Ika membuka pembicaraan.
            Nasya hanya berekspresi biasa sambil melihat sahabatnya yang megang gelas berisikan es dawet.
            “Oo…iya… aku baru ingat. Dia itu Arya kan? Vokalisnya band The April?” tebak Ika.
            Dan Nasya pun menoleh kembali hanya dengan tersenyum tanpa sebuah jawaban untuk Ika.
       Tapi… tanpa mereka sadari secara tiba-tiba seorang perempuan yang berada tidak jauh datang mengejutkan.
            “Nasya, kemarin kamu ketemu mas Arya ya? Vokalisnya the April? Ya ampyun… diakan alumni kampus kita! Kok, kamu kesana ga ngajak-ngajak sih? Padahal aku pengen banget liat mas Arya, nyesel deh kemaren ga nonton gara-gara ketiduran” celoteh perempuan itu dengan tampang kecewa.
            Nasya dan Ika hanya saling pandang dan bingung melihat tingkah temannya itu. “Lebay banget sih, biasa aja keless!!!” kata mereka dalam hati.
            “Sya, terus kamu ngapain pas ketemu dia? Apa kamu minta tanda tangan?” semangat perempuan itu sambil duduk di dekat Nasya.
            Dan kali ini, kedua sahabat itu hanya menjawab dengan geleng-geleng kepala karena melihat tingkah teman satu kampusnya.
            “Wina…! Pliss deh, jangan lebay!” ucap Ika sambil menyerahkan gelas minuman ke paman penjual.
           “Kami berdua tidak menonton The April manggung karena kemaren kami ke Mall cuman sekedar beli Novel, itu doang!” jelas Ika serius.
            “Owh… aku kira kalian nonton!” ucap Wina lembut sambil masang wajahnya yang sok imut.

***************

            Jam kuliah terakhir sudah kelar. Sebelum pulang kedua sahabat itu selalu mampir untuk bertamu ke rumah ALLAH SWT. Sebuah Mesjid nampak megah dan indah terlihat di seberang kampus dengan semangat mereka pun mengambil air wudhu dan masuk ke Mesjid. Tanpa disadari sepasang mata melihat mereka dengan cukup heran dan kagum.
            Usai Wiridan dan Berdo’a, tiba-tiba handphone Nasya bergetar yang sengaja Ia silent saat shalat.
            “Sya, bisa k’sekre skrng? ada rapat penting!”
            “Iya, mas!” balas Nasya.
            “Dari siapa Sya?” tanya Ika sambil melipat mukena.
            “Dari mas Andy, katanya hari ini ada rapat. Gimana? Apa kamu mau ikut kembali ke kampus?”
            “Hhm… kayaknya ga deh, soalnya aku ada janji sama Mama!”
            “Owh, gitu. Tapi kamu pulang sendiri gapapa kan?”
            “Biasa aja kali Sya, akukan bukan anak kecil lagi!”
            Mereka berdua tertawa lirih karena masih di dalam Mesjid. Nasya menemani Ika ke parkiran untuk mengambil skuter favoritnya, kalimat hati-hati serta titipan salam untuk Mama Ika pun terucap dibibir Nasya dan sepasang mata dari jauh menyaksikan indahnya persahabatan mereka.

***************

            Ruang rapat hampir berjalan dua jam. Perasaan Nasya benar-benar diuji kali ini, sebab Ketua Redaksi yaitu mas Aan memberikan tanggung jawab baru untuk Nasya agar mewawancarai personel Band Indie Banjarmasin yang saat ini sedang tenar.
            Entah sudah berapa kali Nasya beradu argument dengan mas Aan bahwa kapasitasnya hanya sebagai Penulis Cerpen bukan seorang wartawan, sampai sekarang belum ada titik temu diantara mereka berdua sedangkan mas Andy hanya bisa terdiam. Teman-teman rapat pun ikutan gerah melihat kondisi saat itu karena tanpa diketahui posisi mereka satu sama lain telah berubah. Namun, mas Aan malah memberikan pendapat yang cukup masuk akal untuk Nasya. Siapa tahu Nasya dapat pengalaman baru dari wawancaranya serta memberikan inspirasi untuk membuat cerpen atau novel tentang band-band indie, dan mas Andy pun ikut menganggukan.
            Rapat telah diputuskan!!! Bahwa Nasya ditemani Rina untuk mewawancarai band The April lusa depan disalah satu café end resto Banjarmasin. Baru kali ini Nasya keluar ruang rapat dengan wajah kesal dan kecewa. Bukannya Ia tidak setuju dengan keputusan itu. Tapi, Nasya merasa belum siap untuk bertemu para personel band yang selalu digandrungi kawula muda. Apalagi kemarin Ia baru bertengkar sama vokalisnya di Mall. Nasya berjalan dengan tergesa-gesa dan tidak sabar untuk pulang ke rumah melampiaskan kekesalannya. Tapi, tanpa disadari dari arah berlawanan seseorang juga berjalan menuju ruang rapat. Dan tiba-tiba…
            Brukkkkk!!!
         Novel dan buku Nasya terjatuh dari tangannya dengan cepat Ia pun langsung memungut buku-bukunya yang berserakan di lantai.
            “Hadhuh… Maaf, saya ga sengaja!” ucap Nasya spontan karena Ia merasa bersalah telah menabrak orang itu.
            “Tidak apa-apa, aku juga minta maaf!” jawab laki-laki itu sambil menyerahkan buku yang terjatuh di dekat kakinya.
            “Mas..sss Ar...ya!” ucap Nasya lirih langsung berdiri.
       “Hey, kamu tahu namaku ya? Hhm… kalo ga salah kamu yang kemarin di Mall itukan?” Arya memperlihatkan ekspresi wajahnya yang cukup serius.
            “Maaf mas, permisi. Assalamu’alaikum!” Nasya langsung pergi dari hadapan Arya.
         Wa’alaikumsalam wr.wb.” Arya menjawabnya dengan fasih sehingga menumbuhkan rasa penasaran di hatinya karena sikap perempuan itu sangat beda dengan yang kemarin.

***************

            Ternyata Arya memang alumni di kampusnya Nasya dan hari itu Arya berencana untuk bertemu dengan kawan lamanya yaitu Aan sehingga Aan pun bercerita banyak tentang Nasya, adik tingkatnya semester delapan yang sekarang lagi menggarap tugas akhir. Arya sungguh tidak percaya bisa bertemu lagi dengan Nasya perempuan yang pertama kali membentaknya di depan orang banyak demi membela seorang sahabat. Rasa penasaran makin membuncah di hati Arya, Ia ingin sekali mengenal siapa sebenarnya sosok perempuan berkerudung yang bernama ‘Nasya Maharena’ ??

***************

            Café end Resto Banjarmasin sudah di meriahi banyak pengunjung dan kursi-kursipun hampir terisi penuh. Duduklah di sana dua orang perempuan sedang menunggu Band Indie yang sebentar lagi akan tampil. Entah kenapa, sebelum berangkat dari rumah perasaan Nasya campur aduk antara senang dan takut. Namun, alunan istighfar dan surah Al-Fatihah tidak pernah lepas untuk menenangkan hatinya yang sedang gelisah.
            Dua hari yang lalu, Nasya sudah menghubungi manajer band The April untuk wawancara khusus dengan para personilnya dan beliau memberikan waktu lima belas menit selesai The April manggung.
            Sebenarnya café ini tidak begitu asing bagi Nasya sebab, dulu waktu SMA sebelum Ia hijrah pernah di ajak teman-temannya nongkrong sambil nonton artis-artis favorit mereka. Tapi hari ini sangat beda, Nasya bukan hanya sebagai penonton tapi juga sebagai wartawan yang memegang nama baik kampusnya.
            Di tengah kegelisahan, tiba-tiba dihadapannya muncul sesosok laki-laki yang tidak asing lagi dimatanya.
            Arya! Yups, Arya sedang berdiri dihadapan Nasya sambil tersenyum.
          “Hey, ketemu lagi!” sapa Arya. “Loe ada disini juga ya? Wah, gue kira loe nongkrongnya cuman di Mesjid, ternyata bisa juga nongkrong di café!” sindir Arya sambil tersenyum mencurigakan.
       Nasya hanya beristighfar dalam hati. Ya Robb… kenapa nih cowo nyebelin banget sih? Ga da lembutnya sama perempuan.
       “Kok diam! kaget ya gue ada disini? Oya, loe mau nonton konser Band gue? wah… ternyata diam-diam loe ngefans juga ya?”
            “Hhmm… gimana kalo nanti loe, gue ajak ke panggung untuk nyanyi bareng? Tapi… ga jadi deh, gue ga yakin loe bisa nyanyi dan suara loe bisa bagus seperti penyanyi. Lagi pula, gue kan emang seorang penyanyi dan pastinya suara gue sangat bagus saat bernyanyi. So… sepertinya kita ga cocok untuk nyanyi bareng!” sindir Arya kembali sambil membenarkan jaketnya dan tersenyum penuh kemenangan.
            Dengan nada rendah tapi penuh penekanan Nasya pun angkat bicara lalu tersenyum manis. Hal yang pertama kali Arya lihat di wajah Nasya dan itu sempat membuat hatinya berdesir.
            “Owh… mas Arya seorang penyanyi? Saya memang tidak bisa bernyanyi dan suara saya pun tidak bagus untuk menyanyi karena memang saya bukan seorang penyanyi, lalu… anda bilang kalo diri anda bisa bernyanyi dan suara anda memang bagus untuk menyanyi karena memang anda bilang kalo diri anda adalah seorang penyanyi. Tapi, sayang saya tidak merasa yakin kalau anda bisa bernyanyi dan seorang penyanyi!”
            Hati Arya pun berdesir kembali, setelah mendengar pernyataan itu sehingga membuat dirinya makin penasaran dengan perempuan yang ada dihadapannya ‘Nasya’ panggil Arya dalam hati.
            Rina rekan kerja Nasya pun hanya bisa tersenyum mendengar pembicaraan itu sebab, Rina tidak menyadari kalau laki-laki itu memang seorang penyanyi dan vocalist The April yang sebentar lagi akan manggung dan mereka wawancarai. Sedangkan Nasya, jauh sebelum itu Ia sudah tahu dengan band The April dan para personilnya.
            “Arya! Siap-siap ya…!” panggil seorang laki-laki paruh baya yang bernama pak Hendro manajernya The April.
          “Eh… mba Nasya ya…?” sapa pak Hendro saat melihat Nasya memegang kamera dan sebuah tanda pengenal di lehernya.
        Assalamu’alaikum pak Hendro!”
        Wa’alaikumsalam mba Nasya. Tunggu selesai The April manggung ya, baru kalian bisa wawancara?” kata pak Hendro sopan.
            “Iya pak, kami akan menunggu!” balas Nasya tersenyum.
            Dan Rina pun mulai mencium gelagat yang aneh dari pembicaraan barusan. Ternyata si Arya memang vocalist band dan sekarang giliran dia yang gelisah. Bagaimana kalau seandainya The April membatalkan wawancara karena insiden kecil antara Nasya dan Arya?!?!?!
         Pertemuan mereka pun berakhir dengan senyuman menantang dibibir Arya. Rencananya bakal berhasil karena sebelumnya Ia memang sudah mengetahui maksud dan tujuan Nasya dari Aan. Nasya pun tidak mau kalah membalas senyuman tantangan itu. Namun, tidak lupa Ia selalu beristighfar atas apa yang telah terjadi. Senyuman yang seharusnya tidak Ia lakukan!!!

***************
      
          Suasana café makin meriah saat kelima personil The April naik panggung dan standby diposisi masing-masing untuk melantunkan  tembang-tembang koleksi mereka.
            Nasya sudah lama tahu dengan bandnya Arya ‘The April’ dan sebenarnya memang Nasya salah satu ‘Teman Seperjuangan The April’ sebutan nama fans mereka. Selama ini Nasya tidak pernah secara langsung melihat Arya dan kawan-kawan beraksi di atas panggung. Nasya hanya sering mendengarkan lagu-lagu The April lewat radio atau handphonenya yang di download dari internet.
            Lagu pembuka terdengar  indah dari sang vocalist dan Nasya memang tidak pernah meragukan suaranya Arya, hanya saja dulu Nasya merasa kurang yakin saat The April promosi disalah satu station radio Banjarmasin suara Arya antara nyanyi dan bicara sungguh beda. Makanya Nasya berani membuat pernyataan seperti tadi.
            Tepukan riuh mewarnai suasana café tersebut. Begitupun dengan Nasya yang cukup puas melihat penampilan The April, meskipun Nasya menduga setelah selesai nanti ada beberapa tantangan yang Arya buat untuknya. Namun, saat ini Nasya hanya berusaha untuk santai sambil menyaksikan alunan lagu-lagu indah dari suara sang vocalist dan sesekali Ia pun menyanyikan syair lagu yang terdengar  merdu sama seperti penonton yang lain.
            “Oke! Terima kasih banyak, buat teman-teman seperjuangan The April yang sudah bersedia untuk menyaksikan performance kami pada sore ini!” Arya membuka pembicaraan sambil mengatur napas yang turun naik.
            “Sebuah lagu gue persembahkan buat seorang perempuan yang pertama kali membentak gue di depan orang banyak dan tidak yakin kalau gue bisa bernyanyi padahal memang gue seorang penyanyi. Untukmu “Nasya Maharena, Mars dan Venus.”
            “Huuuuuuuu… yeahhhhh!” teriak penonton yang dominan para perempuan.
            Dan Nasya hanya terdiam mematung atas apa yang barusan Ia dengar. Sungguh… hatinya benar-benar bergetar hebat karena Ia tidak menyangka seorang Arya yang sangat menyebalkan mempersembahkan lagu untuk dirinya dan sekarang menyanyikannya dengan penuh penghayatan bersama gitar akustiknya. ‘Subhanallah…!!!” Nasya hanya bisa bersyukur atas nikmat yang diberikan. Tapi juga tak lupa istighfar karena ini adalah ujian bagi dirinya sebab, saat itu para perempuan menatap iri pada Nasya.

***************
        
             Sungguh perasaan Nasya masih tidak menentu. Namun, Rina berusaha memegang tangan Nasya untuk menenangkan. Kalimat Istighfar tidak pernah lepas dari hatinya dan sampai selesai acarapun Nasya selalu ingat bahwa kepada Tuhan lah pengaduh segala kegelisahan.
            Bismillah!” ucap Nasya saat semua personil turun dari panggung dan para penontonpun pulang dengan tertib.
            “Owh… jadi ini yang namanya Nasya!” sapa seorang personil yang lebih muda dan tidak asing lagi di mata Nasya, dia adalah Ery drummer The April.
            Assalamu’alaikum, Ery…!”
            Wa’alaikumsalam, Nasya” balas Ery tersenyum sedikit menggoda.
            “Gimana, kalo kita wawancara sekarang?” saran Ray si pemetik gitar sambil duduk disamping kanan Nasya.
            “Boleh!” Nasya menjawab spontan.
           Ke- 4 personil pun duduk melingkari Nasya dan Rina untuk segera wawancara, cuma satu orang yang masih berdiri santai.
            “Ar… loe ga mo wawancara? tanya Deva sang gitaris.
            “Hhm… gimana kalo kita bikin perjanjian?” Arya mulai berbicara.
            “Perjanjian? Perjanjian apa Ar?” tanya Dika sang bassist.
           “Untuk membuktikan, apakah betul mereka teman seperjuangannya The April. Gimana, kalo salah satu dari mereka menyanyikan lagu karya kita?” saran Arya.
            “Wuiihhh… keren juga tuh!” semangat Ery.
        Nasya dan Rina pun saling berpandangan, Rina hanya bisa bingung sebab kalau mereka tidak memenuhi permintaan The April maka wawancara pun dibatalkan. Apa lagi Rina tidak memiliki suara indah seperti penyanyi.
         “Gimana, Sya? loe mau ga nyanyi dihadapan kami semua untuk ngebuktiin, kalo loe hapal lagu-lagunya The April?” tantang Arya serius tapi dalam hatinya Ia tersenyum bahagia karena Arya tahu bahwa Nasya bisa nyanyi.
                “Lalu, setelah itu?” Nasya bicara seperti menantang balik pernyataan Arya.
            “Hhm… setelah itu. Kalo loe nyanyi dan hapal lagu The April, loe bisa wawancara kami khusus sesuai dengan permintaan loe. Gimana teman-teman? Are You Ready!!!”
            “Ready! Yeahhh…!” jawab semua personil serentak bergaya rocker, menandakan bahwa mereka sepakat.
***************
             
              Nasya pun berdiri dan mengambil gitar akustik yang ada di atas panggung. Hal itu sempat membuat tanda tanya dipikiran Rina dan personil The April. Apakah Nasya bisa main gitar juga???
         Sekarang Nasya duduk tenang diposisinya semula dan semua personil pun ikut duduk sambil melingkari Nasya yang saat itu pegang gitar.
            Jreeeeeeennnggggggg…!!!
            Entah kenapa tiba-tiba hati Arya bergetar. Padahal Nasya belum memulai bernyanyi dan sekarang tanpa sengaja Arya duduk berseberangan dengan Nasya melihat langsung sosok wajah Nasya yang terlihat cantik menggunakan kerudung berwarna biru dan hati Arya pun berdesir kembali.
           Kunci gitar pun perlahan berhasil Nasya kuasai. Seketika tebakan The April pun benar ternyata Nasya akan menyanyikan lagu ‘Mars dan Venus’ yang berapa menit lalu juga dinyanyikan oleh Arya. Suasanapun makin menggetarkan, begitupun dengan personil The April yang penasaran dengan suara Nasya.

Ya… aku memang tak pernah kau harapkan
Tapi aku akan selamanya menginginkanmu
………….
Jadi biarkan… saja kita…
Terlihat layaknya Mars dan Venus
Menerima kekurangan dan hargai kelebihan
(The April, Mars dan Venus)

***************
            
          Kali ini, giliran personil The April terdiam mematung dan terkesima mendengar suara Nasya saat bernyanyi.
            “Subhanallah” ucap Arya dalam hati.
            Mereka tidak menyangka ternyata suara Nasya terdengar indah dan sempurna, semua personil pun jadi penasaran dengan sosok perempuan berkerudung biru yang ada dihadapan mereka.
            Nasya tersenyum puas karena telah memenuhi permintaan The April, sekarang giliran The April memenuhi permintaan Nasya. Semua pertanyaan, foto bareng serta profil pribadi langsung dari The April sudah Nasya rekam dan catat. Meskipun semua personil juga ingin tahu tentang Nasya. Tapi, itu tidak mungkin karena mereka sudah berjanji akan melakukan semua permintaan Nasya.
            “Assalamu’alaikum!” ucap Nasya lembut melangkah keluar café tersebut.
            “Wa’alaikumsalam wr.wb!” jawab mereka serentak.
           Itulah kata terakhir pertemuan mereka hari itu. Sangat indah, menggetarkan dan penuh rasa penasaran di hati personil The April. Tiada henti Nasya mengucap syukur atas rahmat Tuhan yang diberikan kepadanya hari ini.
            “Alhamdulillah” lirih Nasya pelan.
***************

            Kampus heboh besar karena pagi ini, dinding kampus telah tertempel cover depan yang bergambar seluruh foto personil The April yang beredar hari ini. Para mahasiswi berhamburan ke Kopma (Koperasi Mahasiswa) serta ruang Redaksi koran kampus untuk membeli sebab, mereka penasaran isi dikoran tersebut.

***************

          “Ehem…ehem…cieee… sepertinya ada yang lagi bahagia nih?” sindir Ika sambil duduk manis disamping Nasya yang sedang santai membaca novel favoritnya ‘Nyanyian Bintang’
                “Bintang”
            Nasya jadi ingat ekspresi Arya semalam saat melihat dirinya bernyanyi. Sungguh… wajah Arya sangat tampan dan penuh gemintang. Tapi menurut Nasya, Arya itu seperti bintang yang sangat sulit untuk digapai karena keberadaannya yang jauh.
            “Jadi ceritanya… kemaren ketemu mas Arya secara langsung nih?” goda Ika sambil menyikut tangan Nasya.
           Nasya hanya tersenyum saat digoda oleh sahabatnya sebab, hanya Ika yang tahu perasaan hati Nasya yang sejak awal kuliah sudah menyukai Arya. Tapi, lagi-lagi Nasya selalu menampik semuanya bahwa Arya hanya seperti Bintang bagi Nasya yang sangat sulit untuk digapai.

***************

           “Assalamu’alaikum!” sapa Nasya saat masuk warung bu Halimah dengan semangat.
           “Wa’alaikumsalam, Nasya sayang!” sambut bu Halimah senang. “Mau ngambil titipan Bunda ya?”
         Nasya mengangguk karena tadi pagi Nasya sudah SMS kalau Bunda ingin makan gangan/sayur nangka beserta ikan bakar buatan bu Halimah. Namun, tanpa Nasya sadari di bagian kursi pengunjung ada sepasang mata yang melihatnya terkejut. Setelah Nasya pergi, akhirnya pengunjung tersebut mulai bicara.
            “Bu Halimah kenal ya sama Nasya?” tanya seorang pengunjung.
            “Iya, mas Arya!” jawab bu Halimah semangat. “Malahan kenal baik, sudah seperti anak saya sendiri. Nasya dan Ika sahabatnya sejak SMA sering mampir ke warung ibu!”
            Pengunjung itu bernama Arya vokalistnya The April serta langganannya warung bu Halimah juga.
         “Kalo sampai dua orang sahabat itu ketemu gue di warung ini, gue pasti bakal malu dan diledekin mereka!” kata Arya dalam hati mulai gelisah. “jangan-jangan nanti malah dimuat di koran kampus.”
            Arya pun langsung membayar dan pergi dari warung tersebut walaupun bu Halimah melihat ada sedikit keanehan yang ditampakkan diwajahnya Arya. Tapi, bu Halimah pun hanya diam dan tersenyum.
            Arya tidak menyangka ternyata Nasya dan sahabatnya sangat akrab dengan bu Halimah. Apakah kejadian tempo hari di Mall juga diceritakan Nasya pada bu Halimah? Gimana seandainya kalau bu Halimah tahu bahwa laki-laki yang pernah bertengkar dengan mereka dulu adalah Arya. Padahal bu Halimah juga sangat kenal dengan Mamanya. Seandainya, Mamanya tahu bahwa Arya pernah bersikap tidak sopan terhadap perempuan pasti Mamanya bakal marah besar kepadanya.
            Sejatinya Arya itu sosok yang baik dan lembut terhadap perempuan dan Mamanya setiap hari selalu mengingatkannya jangan pernah sedikitpun menyakiti perasaan perempuan karena jika Ia membuat seorang perempuan menangis, maka setiap langkah laki-laki tersebut dikutuk oleh para malaikat.
             Wanita itu di ciptakan dari tulang rusuk, agar mereka dekat dengan hati untuk di kasihi, dekat dengan lengan untuk di lindungi. Mereka tidak di ciptakan dari tulang kaki untuk diinjak-injak, tidak pula di ciptakan dari tulang kepala untuk disanjung-sanjung.
“Sesungguhnya wanita di ciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.” (HR. Muslim)
Saiyidinna Ali bin Abi Thalib berkata : Jika seorang wanita menangis karena di sakiti oleh pria, maka setiap langkah pria tersebut di kutuk oleh malaikat.

Kejadian saat di Mall itupun, Arya marah tidak sengaja sehingga melampiaskan kekesalannya pada Nasya dan Ika. Penyesalan memang selalu datang terlambat.

***************

         “Selamat ya, Dek. Liputan kamu kemarin berhasil dengan sukses!” ucap mas Andy sambil memberikan minuman mineral.
            Alhamdulillah, terima kasih. Semua karena support serta do’anya mas dan teman-teman!”
            “Ga nyangka, kamu punya bakat juga ya jadi wartawan!” puji mas Andy.
       “Biasa saja mas, namanya juga baru belajar. Tapi, kalo boleh milih… saya mau fokus nulis aja ketimbang jadi wartawan!”
            “Kenapa, Sya? Padahal itukan peluang yang menjanjikan lho!”
            Nasya pun hanya menjawab dengan tersenyum, kemudian meminta izin untuk pergi mencari Ika yang sedang nongkrong di taman. Selain itu, Nasya juga tidak mau terjadi fitnah diantara mereka berdua sebab suasana kampus sudah mulai lengang karena perkuliahan sudah selesai dan tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan mereka dengan perasaan cemburu.

***************

            Sepertinya Ika mencium gerak gerik yang mulai mencurigakan dari sikap mas Andy, kakak tingkat mereka berdua yang sekarang jadi Asisten Dosen di kampus. Apakah pikiran Ika benar bahwa selama ini mas Andy menyukai Nasya?
            Perdebatan pendapat terjadi di taman tersebut. Meskipun Nasya bersikeras bahwa semua itu tidak mungkin. Tapi, ada beberapa hal yang menjawab segala kemungkinan tersebut. Ika mencoba mengingatkan kembali kejadian-kejadian yang pernah mas Andy lakukan terhadap Nasya. Saat Nasya ultah mas Andy yang paling semangat ngasih kejutan, saat Nasya memerlukan beberapa referensi untuk bahan skripsinya. Mas Andy lah yang paling sering membantu. Entah mungkin masih banyak jasa yang mas Andy lakukan terhadap Nasya tanpa disadari. Hal itulah yang jadi beban pikirannya saat ini. Bagaimana Nasya bisa membalas jasa semua kebaikan mas Andy, padahal selama ini Nasya hanya menganggap mas Andy sebagai kakak tidak pernah lebih. Dan sepasang mata itupun tersenyum mendengar pernyataan dari mulut Nasya.

***************

          “Assalamu’alaikum!” sapa seorang laki-laki menghampiri kedua sahabat itu yang sedang nongkrong di taman kampus.
            “Wa’alaikumsalam wr.wb!” jawab mereka berdua terkejut saat melihat sosok laki-laki tinggi tegap yang menggunakan topi untuk menutupi wajahnya.
            “Maaf, apa aku telah mengganggu pembicaraan kalian?” tanya laki-laki itu lembut.
          Nasya dan Ika hanya saling pandang. Entah ada maksud apa laki-laki itu menghampiri mereka berdua. Apa masih ada hubungannya dengan kejadian di Mall? Namun rasa takut tidak terlihat di diri kedua sahabat itu karena laki-laki itu tidak mungkin macam-macam di kampus.
            “Oya, tujuanku kesini sebenarnya untuk minta maaf kepada kalian berdua atas kejadian tempo hari di Mall. Saat itu aku lagi ada masalah dan tanpa sengaja melampiaskannya kepada kalian. Sekali lagi aku minta maaf!” ucap laki-laki itu tulus sambil menundukkan wajahnya.
          “Kami berdua, sudah memaafkan mas Arya!” jawab Nasya jadi merasa segan, apa yang Arya lakukan barusan sangat lembut dan sopan.
            “Hhm… gimana, sebagai permintaan maaf aku. Hari ini kalian aku traktir makan soto banjar?” saran Arya tersenyum tulus.
         Kedua sahabat itu sempat bingung dengan perbuatan Arya. Tapi, karena niatnya tulus minta maaf merekapun mengiyakan.
          Tanpa sengaja, merekapun saling bertukar cerita satu sama lain. Arya menceritakan perjalanannya dulu saat jadi mahasiswa sama seperti Nasya dan Ika serta perjalanan karirnya ngeband bersama The April yang sudah terbentuk saat Arya masih kuliah. Begitupun dengan Nasya yang memang suka nyanyi sejak kecil. Tapi, cerita tentang perasaaannya terhadap Arya tetap tersimpan di dasar lubuk hatinya yang paling dalam. Tanpa sengaja mereka bertiga nyambung bicara dan terlihat sangat akrab, walaupun tetap pada batasan-batasan sesuai Syariat Agama mereka.

***************

            “Nasya, sayanggg… mau ga temenin Bunda ke warung ibu Halimah sebentar?” pinta bunda sambil duduk di dekat Nasya yang sedang mengetik tambahan referensi skripsinya.
              “Harus sekarang ya Bund…?” apa ga bisa ditunda?”
          “Iya sayang. Tapi, bila Nasya sibuk biar Bunda pergi sendirian juga gapapa!” ucap bunda sambil berdiri.
            “Eitzzzz… Iya deh Nasya temenin, asal jangan ngambek yaa?” jawab Nasya langsung berdiri sambil megang tangan bunda.
            Senyum pun terukir indah oleh ibu dan anak. Skuter Nasya berjalan dengan pelan menuju warung bu Halimah, teman Bundanya sejak kecil. Sampai di warung ternyata banyak pengunjung sehingga bu Halimah pun sempat kerepotan. Beruntung Galuh dan Anang anak beliau turut membantu tiap kali pulang sekolah.
            Ibu Halimah menyambut baik kedatangan mereka berdua. Sambil menunggu Bunda, Nasya pun ikut membantu. Saat seseorang mau membayar makanan tanpa sengaja Nasya bertemu sosok laki-laki yang dikenalnya.
            “Mas Arya!” panggil Nasya pelan. “sering makan disini juga ya?”
            Arya pun menjawab hanya mengangguk sambil tersenyum dan kemudian mengucapkan salam karena Ia sudah ada janji sama teman-teman bandnya. Tapi, saat Arya keluar dan mengambil motor boilnya. Tiba-tiba bu Halimah memanggilnya dan menyuruh ke tempat beliau yang sedang duduk berdua bersama Bunda disamping warung.
            Bu Halimah memperkenalkan kepada Bunda bahwa Arya ini anaknya bu Yati teman mereka waktu SMA yang dulu kuliah di Yogya. Pertemuan yang sangat mengharukan dan itu adalah awal saksi sejarah hidup anak-anak mereka ‘ Nasya dan Arya’ 
***************

            Dua insan itu sedang di landa kebahagiaan, ketika mereka berdua mengetahui sebuah kenyataan dan takdir masa lalu yang sempat tertunda bahwa Ibu mereka dulu pernah berjanji untuk menjodohkan anak mereka kelak bila sudah berkeluarga. Namun, saat ini Nasya hanya bisa pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan sebab, soal jodoh DIA-lah yang menentukan segalanya.

***************

        “Selamat anakku, Nasya. Sebentar lagi kamu akan di wisuda. Semoga ilmumu berguna dan bermanfaat kelak untuk hidupmu!” Ibu Tyas dosen pembimbing Nasya menjabat erat kemudian memeluknya.
        “Terima kasih banyak Bu, semua tidak lepas berkat bantuan dan do’a Ibu!”

*****************

            Hari bahagia pun disambut meriah oleh para wisudawan dan wisudawati di gedung terbesar di kampus dan senyum serta tawa gembira menghiasi tempat itu. Begitupun dengan Nasya dan Ika sahabatnya turut serta dalam kebahagiaan itu dan tak lupa merekapun mendokumentasikan hari bersejarah bagi mereka semua. Ucapan selamat dan pelukan tidak lepas dari para sahabat, teman dan keluarga karena perjuangan mereka sudah berakhir serta membuka kembali perjuangan baru untuk mereka semua  menuju arah masa depan.
            “Yeeeeaaahhhhhhhh….!!!” teriak mereka semua sambil melemparkan toga yang terpasang di kepala mereka bergaya seperti iklan dalam televisi.
            “Nasya, selamat ya!” ucap Arya menghampiri sambil membawa setangkai bunga.
            Pemandangan yang sangat romantis, beberapa pasang mata pun memperhatikan dengan perasaan kagum dan para pengganggu pun siap untuk menghancurkan keromantisan mereka.
Ehem… ehem…!!!
Uhukkk… uhukkk…!!!
Huacieeennnnnn…!!!
            Teman-teman Nasya menyahut secara bergantian sehingga hanya tawa yang menghiasi kejadian itu. Tapi, di sudut lain ada hati yang terluka ketika menyaksikan kebahagiaan Nasya dan Arya. Namun, hatinya berusaha untuk ikhlas dan sabar melepas kepergian Nasya demi orang yang di cintai. Laki-laki itu adalah mas Andy.

***************

            Malam ini akan ada saksi sejarah menyatunya dua insan manusia yang mengikat janji sehidup semati dengan niatan melengkapi setengah dien (agama) mereka untuk membangun keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah sebab, malam ini ‘Arya Pranansa’ dan keluarga berencana menta’aruf seorang perempuan yang Insya Allah shalihah untuk menjadi Bidadarinya kelak di dunia dan akhirat serta menemani berlayar di samudera-Nya. Sebelumnya Arya tahu bahwa Nasya adalah perempuan yang tidak menyetujui adanya pacaran, makanya Arya mantap untuk menikahi Nasya. “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al-Isra: 32)
             Di pertemuan itupun mendapatkan keputusan rencana pernikahan mereka kelak yang Insya Allah akan di selenggarakan sekitar satu tahun lagi mengingat Nasya seorang pegawai baru di sebuah perusahaan dan lebih mempersiapkan kemantapan hati mereka berdua untuk melangkah ke jenjang pernikahan serta lebih mengenal karakter mereka berdua. Tapi, tetap bukan dengan cara pacaran. Hal itu yang selalu ditekankan Nasya agar perasaan hati dan cinta mereka tidak ternoda oleh perasaan yang belum halal sebelum waktunya dan Insya Allah akan tetap suci hingga waktunya tiba. Subhanallah, seandainya semua anak muda berpikiran seperti Nasya betapa indahnya dunia.

***************

Alunan syair lagu yang indah itu terdengar merdu dari DVD player sang pemilik kamar :

Aku telah menemukan seseorang yang mampu,
Melemahkan sekaligus… dapat menenangkanku…
Namun sayang, dia tidak di sini…
Jadi tunggu saja nanti… beberapa tahun lagi
Aku akan datang dan memilikinya
Takkan ada seseorang yang lebih layak
Untuk Mencintaiku… jadi, mungkin saja dirinya
Adalah Kekasih di Masa Depan!!!

(The April, kekasih di masa depan)

 Specially dedicated for :
The April end TemanSeperjuanganTheApril
Banjarbaru, 2012